Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan kedaan masalah lansia
Mahasiswa mampu menjelaskan latar belakang demografi
Mahasiswa mampu menjelaskan profil lanis
Mahasiswa mampu menjelaskan tipologi dan mitos pada lanis
Keadaan dan Masalah
Saat ini , diseluruh dunia jum;ah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Dinegara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirkan 50 % dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan penduduk usia lanjut”. (Nugroho, 2000)
Menurut UN-Population Division, Depertement of Economic and Social Affairs (1999) jumlah populasi lanjut usia diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat itu Lansia melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun), pertama kali dalam sejarah umat manusia.
Angka Mortalitas pada lansia tidak begitu mempengaruhi harapan hidup waktu lahir, karena ternyata menurut angka-angka terkumpul, harapan hidup waktu usia 60 tahun, dinegara-negara berkembang (14,9 tahun) dan Negara yang maju (18,5 tahun), tidak berselisih banyak. Jumlah lansia akan naik lebih cepat daripada anak atau jumlah pertumbuhan penduduk keseluruhan, dapat pula dihitung dengan rumus geometric, ini menghasilkan bahwa golongan lansia di Indonesia akan naik 3,96 % setahunnya sedangkan angka pertumbuhan anak dibawah 15 tahun hanya akan naik 0,49 % per tahun. Angka pertumbuhan lansia yang berumur 70 tahun ketas bahkan akan naik 5,6 % setahunnya dalam kurun waktu 1985-1995.
Menurut laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of Census USA (1993), dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414 %, suatu angka paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandingan kami kutip : Kenya 347 %, Brazil 255 %, India 242 %, China 220 %, Jepang 129 %, Jerman 66 % dan Swedia 33 % (Kinsella dan Taeuber, 1993)
Pertambahan penduduk lansia di Indonesia dan Brazil diproyeksikan akan naik masing-masing melebihi 20 juta orang, sedang kenaikan kira-kira setengah jumlah tersebut terjadi di Makesiko, Nigeria, dan Pkaistan. Indonesia menjadi urutan no 5 atau 6 pada tahun 2020 (WHO, 1989).
Pembangunan suatu Negara terutama dalam bidang industrialisasi ternyata dapat menyebabkan bertambahnya harapan hidup dan kualitas hidup Negara tersebut dengan lebih cepat (Takemi, 1977). Sebab-sebab lain yang berkaitan ialah:
Turunnya angka kematian bayi dan ank (dalam rangka turunnya morbiditas dan mortalitas penyakit pada umumnya)
Metode persalinan /kebidanan yang lebih baik
Turunnya kematian karena penyakit infeksi dengan ditemukannya obat/antibiotika baru
Kemajuan teknologi dalam bidang diagnostic dan terapi
Kemajuan pengetahuan dalam bidang gizi
Kemajuan pengetahuan dalam bidang imunisasi.
Kemajuan iptek dalam bidang prevensi lainnya
Kemajuan iptek dalam bidang rehabilitasi penyakit.
Tipologi Manusia Lanjut Usia.
Orang lanjut usia dalam literature lama dibagi dalam du golongan , yaitu:
SERAT WERDATAMA (MANGKU NEGORO IV)
H.I Widyapranata mengutip Serat Werdatama yang menyebutkan :
- Wong Sepuh
Orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu Dwi Tunggal”, yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, antara sejati dan palsu, dan antara Gusti (Tuhan) dan kawulanya.
- Tua Sepah
Orang tua yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebih-lebihan serta memalukan.
SERAT KALATIDA (RONGGOWARSITO)
Menyebutkan ada dua kelompok, yakni:
- Orang yang berbudi sentosa
Orang tua yang meskipun diridloi Tuhan dengan rejeki, namun tetap berusaha disertai ingat dan waspada.
- Orang yang lemah
Orang tua yang berputus asa, sudah tua mau apa, sebaiknya hanya menjauhkan diri dari kedunawian , supaya mendapat kaish saying Tuhan.
Dizaman sekarang atau zaman pembangunan, dijumpai banyak bermacam-macam tipe lanjut usia, antara lain yang menonjol:
- Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman , menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sedehana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
- Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
- Tipe tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar , mudah tersinggung, menuntut sulit dilayani dan pengkritik.
- Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap dating terang, emgikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
- Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh
Mitos-mitos Lanjut Usia dan Kenyataannya
Menurut Sheira saul (1974):
Mitos Kedamaian dan Ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya dimasa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan sekan-akan sudah berhasil dilewati.
Kenyataan:
- sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.
- Depresi
- Kekahwatiran
- Paranoid
- Masalah Psikotik
Mitos Berpenyakitan
Lanjut Usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan:
- memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.
- Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati
Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak. Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
Mitos Tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan:
- Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
Mitos Aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, gairah
Kenyataan :
Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja
Mitos Konservatisme dan Kemunduran
Pandangan:
- Konservatif, Tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi ke masa silam, kembali ke masa anak-anak, susah berubah, keras kepala
Kenyataan: Tidak semua berpikiran demikian.
Mitos Ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang tidak produktif
Kenyataan:
- Tidak demikian, banyak mencapai kematangan.
BATASAN LANJUT USIA
Lanjut usia menurit WHO:
- Usia pertengahan (middle age), usia 45-59 th
- Lanjut usia (elderly), usia 60-74 th
- Lanjut usia (old), usia 75-90 th
- Usia sangat tua (very old), usia diatas 90 th
Menurut Prof Sumiati Ahmad Mohamad
- Usia 65 tahun keatas
Menurut UU No 13/1998 , Bab I, pasal 1 ayat 2
- Usia 60 tahun keatas
Usia menurut Birren and Jenner (1977)
- Usia Biologis: jangka waktu sejak lahir sampai hidup
- Usia Psikologis : kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan situasi yang dihadapi
- Usia Sosial : Menunjuk peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang.
Standar Keperawatan Gerontik 1987 menurut ANA:
semua pelayanan keperawatan gerontik harus direncanakan, diatur, dan diarahkan oleh perawat eksekutif. Perawat eksekutif memiliki latar belakang pendidikan sarjana atau master dan memiliki pengalaman bidang keperawatan gerontik dan administrasi dalam pelayanan
Perawat berpartisipasi dalam pembuatan dan pengujian teori sebagai dasar untuk keputusan klinis. Perawat menggunakan konsep teoritis sebagai petunjuk klinis . Perawat menggunakan konsep teoritis sebagai petunjuk untuk pelaksanaan praktek keperawatan gerontik yang efektif.
Status kesehatan lansia dikaji secara teratur, komprehensif , akurat, dan sistematis. Infomasi yang diperoleh selama pengkajian kesehatan mudah diakses dan dibagi dengan anggota tim interdisiplin perawatan kesehatan yang sesuai , termasuk klien lansia dan keluarganya.
Perawat menggunakan data pengkajian kesehatan untuk menentukan diagnosis keperawatan.
Perawat mengembangkan rencana perawatan dalam hubungnnya dengan klien lansia dan orang lain yang tepat. Tujuan bersama, prioritas, pendekatan keperawatan, ukuran-ukuran dalam rencana keperawatan, yang ditujukan untuk kebutuhan terapeutik , preventif, restorative, dan rehabilitatif klien lansia. Rencana keperawatan membantu klien lansia untuk memperoleh dan mempertahankan tingkat kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup tertingginya yang dapat dicapai, serta kematian yang damai. Rencana keperawatan memfasilitasi kesinambungan perawatan sepanjang waktu seiring dengan perpindahan klien ke berbagai lingkungan perawatan sepanjang waktu seiring dengan perpindahan klien ke berbagai lingkungan perawatan, dan diperbaiki jika perlu.
Perawat, dengan dibimbing oleh rencana perawatan melakukan intervensi untuk memberikan perawatan dalam rangka memperbaiki kemampuan fungsional klien lansia, dan untuk mencegah komplikasi serta ketidakmampuan yang berlebihan . Intervensi keperawatan berasal dari diagnosis keperawatan dan berdasarkan teori keperawatan gerontik.
Perawat secara berkesinambungan mengevaluasi respons klien dan keluarganya terhadap intervensi yang telah dilakukan dalam rangka menentukan kemajuan mencapai tujuan dan untuk memperbaiki data dasar, diagnosis keperawatan dan rencana perawatan.
Perawat berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lainnya dengan berbagai latar belakang yang memberikan perawatan kepada lansia. Tim ini mengadakan pertemuan secara teratur untuk mengevaluasi kefektifan rencana perawatan untuk mengakomodasi kebutuhan perubahan.
Perawat berpartisipasi dalam desain riset untuk menghasilkan badan ilmu keperawatan gerontik , menyebarkan temuan riset, dan menggunakannya dalam praktek.
perawat menggynakan kode etik yang dimulai oleh ANA
Perawat bertanggung jawab terhadap pengembangan professional dan memberikan kontribusi dalam pertumbuhan professional sebagai anggota tim interdisiplin.
Kamis, 04 Desember 2008
Senin, 01 Desember 2008
PEDOMAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN JIWA
Petunjuk:
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan tunggal problem keperawatan.
Untuk merumuskan diagnosis keperawatan maka menggunakan data mayor dan data minor.
Data mayor adalah data yang harus ada untuk merumuskan diagnosa keperawatan (minimal 1 datum)
Data minor adalah data yang boleh ada, boleh tidak ada untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
1
Perilaku Kekerasan
Kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali baik secara verbal maupun tindakan dengan mencederai orang lain dan atau merusak lingkungan
Subyektif:
o Mengancam
o Mengumpat
o Bicara keras dan kasar
Obyektif:
o Agitasi
o Meninju
o Membanting
o Melempar
Subyektif:
o Mengatakan ada yang mengejek, mengancam
o Mendengar suara yang menjelekkan
o Merasa orang lain mengancam dirinya
Obyektif:
o Menjauh dari orang lain
o Katatonia
2
Risiko Perilaku Kekerasan
Adanya kemungkinan mencederai orang lain dan merusak lingkungan akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif
Subyektif:
o Mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan
o Informasi dari keluarga tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasien
Obyektif:
o Ada tanda/jejas perilaku kekerasan pada anggota tubuh
Subyektif:
o Mendengar suara-suara
o Merasa orang lain mengancam
o Menganggap orang lain jahat
Obyektif:
o Tampak tegang saat bercerita
o Pembicaraan kasar jika menceritakan marahnya
3
Gangguan sensori persepsi: halusinasi
Gangguan persepsi di mana individu mersakan adanya stimulus melalui panca indera tanpa adanya rangsang nyata
Subyektif:
o Mengatakan mendengar suara bisikan/melihat bayangan
Obyektif:
o Bicara sendiri
o Tertawa sendiri
o Marah tanpa sebab
Subyektif:
o Menyatakan kesal
o Menyatakan senang dengan suara-suara
Obyektif:
o Menyendiri
o Melamun
4
Isolasi Sosial
Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang intim, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain.
Subyektif:
o Mengatakan malas berinteraksi
o Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
o Merasa orang lain tidak selevel
Obyektif:
o Menyendiri
o Mengurung diri
o Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
Subyektif:
o Curiga dengan orang lain
o Mendengar suara-suara / melihat bayangan
o Merasa tak berguna
Obyektif:
o Mematung
o Mondar-mandir tanpa arah
o Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
5
Gangguan Konsep Diri:Harga Diri Rendah
Ide, pikiran perasaan yang negatif tentang diri
Subyektif:
o Mengeluh hidup tidak bermakna
o Tidak memiliki kelebihan apapun
o Merasa jelek
Obyektif:
o Kontak mata kurang
o Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
Subyektif:
o Mengatakan malas
o Putus asa
o Ingin mati
Obyektif:
o Tampak malas-malasan
o Produktivitas menurun
6
Gangguan proses pikir: waham
Gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan tentang diri dan lingkungan yang menyimpang, dipertahankan secara kuat.
Subyektif:
o Merasa curiga
o Merasa cemburu
o Merasa diancam / diguna-guna
o Merasa sebagai orang hebat
o Merasa memiliki kekuatan luar biasa
o Merasa sakit / rusak organ tubuh
o Merasa sudah mati
Obyektif:
o Marah-marah tanpa sebab
o Banyak kata (logorrhoe)
o Menyendiri
o Sirkumstansial
o Inkoheren
Subyektif:
o Merasa orang lain menjauh
o Merasa tidak ada yang mau mengerti
Obyektif:
o Marah-marah karena alasan sepele.
o Menyendiri
7
Defisit Perawatan diri
Ketidakmampuan dalam menjaga kesehatan diri, termasuk menjaga kebersihan diri, makan-minum sehat, berdandan, mengatur tidur dan bekerja, dan toileting.
Subyektif:
o Menyatakan malas mandi
o Tidak tahu cara makan yang baik
o Tidak tahu cara dandan yang baik
o Tidak tahu cara eliminasi yang baik
Obyektif:
o Badan kotor
o Dandanan tidak rapi
o Makan berantakan
o Bab/bak sembarang tempat
Subyektif:
o Merasa tak berguna
o Merasa tak perlu mengubah penampilan
o Merasa tidak ada yang peduli
Obyektif:
o Tidak tersedia alat kebersihan
o Tidak tersedia alat makan
o Tidak tersedia alat toileting
8
Risiko bunuh diri
Adanya kemungkinan melakukan tindakan mencederai diri untuk tujuan kematian.
Subyektif:
o Mengatakan hidupnya tak berguna lagi
o Ingin mati
o Menyatakan pernah mencoba bunuh diri
o Mengancam bunuh diri
Obyektif:
o Ekspresi murung
o Tak bergairah
o Ada bekas percobaan bunuh diri
Subyektif:
o Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
o Mengatakan lebih baik mati saja
o Mengatakan sudah bosan hidup
Obyektif:
o Perubahan kebiasaan hidup
o Perubahan perangai
9
Kerusakan komunikasi verbal
Ketidakmampuan menyampaikan, menerima, mengolah pesan, dan memberikan umpan balik yang sesuai terhadap pesan yang diterima
Subyektif:
o Merasa kesal tak dimengerti
o Merasa orang lain tidak peduli
Obyektif:
o Sirkumstansial
o Tangensial
o Inkoherensia
o Blocking
o Asosiasi longgar
o Neologisme
Subyektif:
o Merasa rendah diri
o Merasa bingung
Obyektif:
o Kata-kata tak bisa dimengerti
o Orang lain merasa tak bisa menangkap maksud klien
10
Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif
Ketidakmampuan mematuhi program terapi yang telah ditentukan baik kualitas maupun kuantitasnya
Subyektif:
o Mengatakan tidak ada perubahan
o Mengatakan bosan minum obat
o Mengatakan takut keracunan
Obyektif:
o Membuang obat
o Perilaku tidak berubah
o Waktu menunggu efek obat lama
Subyektif:
o Tidak yakin obat bisa menyembuhkan
o Mempercayai Pengobatan alternatif
Obyektif:
o Ada obat yang seharusnya diminum
o Kemajuan klien kurang
Petunjuk:
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan tunggal problem keperawatan.
Untuk merumuskan diagnosis keperawatan maka menggunakan data mayor dan data minor.
Data mayor adalah data yang harus ada untuk merumuskan diagnosa keperawatan (minimal 1 datum)
Data minor adalah data yang boleh ada, boleh tidak ada untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
1
Perilaku Kekerasan
Kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali baik secara verbal maupun tindakan dengan mencederai orang lain dan atau merusak lingkungan
Subyektif:
o Mengancam
o Mengumpat
o Bicara keras dan kasar
Obyektif:
o Agitasi
o Meninju
o Membanting
o Melempar
Subyektif:
o Mengatakan ada yang mengejek, mengancam
o Mendengar suara yang menjelekkan
o Merasa orang lain mengancam dirinya
Obyektif:
o Menjauh dari orang lain
o Katatonia
2
Risiko Perilaku Kekerasan
Adanya kemungkinan mencederai orang lain dan merusak lingkungan akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif
Subyektif:
o Mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan
o Informasi dari keluarga tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasien
Obyektif:
o Ada tanda/jejas perilaku kekerasan pada anggota tubuh
Subyektif:
o Mendengar suara-suara
o Merasa orang lain mengancam
o Menganggap orang lain jahat
Obyektif:
o Tampak tegang saat bercerita
o Pembicaraan kasar jika menceritakan marahnya
3
Gangguan sensori persepsi: halusinasi
Gangguan persepsi di mana individu mersakan adanya stimulus melalui panca indera tanpa adanya rangsang nyata
Subyektif:
o Mengatakan mendengar suara bisikan/melihat bayangan
Obyektif:
o Bicara sendiri
o Tertawa sendiri
o Marah tanpa sebab
Subyektif:
o Menyatakan kesal
o Menyatakan senang dengan suara-suara
Obyektif:
o Menyendiri
o Melamun
4
Isolasi Sosial
Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang intim, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain.
Subyektif:
o Mengatakan malas berinteraksi
o Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
o Merasa orang lain tidak selevel
Obyektif:
o Menyendiri
o Mengurung diri
o Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
Subyektif:
o Curiga dengan orang lain
o Mendengar suara-suara / melihat bayangan
o Merasa tak berguna
Obyektif:
o Mematung
o Mondar-mandir tanpa arah
o Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
5
Gangguan Konsep Diri:Harga Diri Rendah
Ide, pikiran perasaan yang negatif tentang diri
Subyektif:
o Mengeluh hidup tidak bermakna
o Tidak memiliki kelebihan apapun
o Merasa jelek
Obyektif:
o Kontak mata kurang
o Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
Subyektif:
o Mengatakan malas
o Putus asa
o Ingin mati
Obyektif:
o Tampak malas-malasan
o Produktivitas menurun
6
Gangguan proses pikir: waham
Gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan tentang diri dan lingkungan yang menyimpang, dipertahankan secara kuat.
Subyektif:
o Merasa curiga
o Merasa cemburu
o Merasa diancam / diguna-guna
o Merasa sebagai orang hebat
o Merasa memiliki kekuatan luar biasa
o Merasa sakit / rusak organ tubuh
o Merasa sudah mati
Obyektif:
o Marah-marah tanpa sebab
o Banyak kata (logorrhoe)
o Menyendiri
o Sirkumstansial
o Inkoheren
Subyektif:
o Merasa orang lain menjauh
o Merasa tidak ada yang mau mengerti
Obyektif:
o Marah-marah karena alasan sepele.
o Menyendiri
7
Defisit Perawatan diri
Ketidakmampuan dalam menjaga kesehatan diri, termasuk menjaga kebersihan diri, makan-minum sehat, berdandan, mengatur tidur dan bekerja, dan toileting.
Subyektif:
o Menyatakan malas mandi
o Tidak tahu cara makan yang baik
o Tidak tahu cara dandan yang baik
o Tidak tahu cara eliminasi yang baik
Obyektif:
o Badan kotor
o Dandanan tidak rapi
o Makan berantakan
o Bab/bak sembarang tempat
Subyektif:
o Merasa tak berguna
o Merasa tak perlu mengubah penampilan
o Merasa tidak ada yang peduli
Obyektif:
o Tidak tersedia alat kebersihan
o Tidak tersedia alat makan
o Tidak tersedia alat toileting
8
Risiko bunuh diri
Adanya kemungkinan melakukan tindakan mencederai diri untuk tujuan kematian.
Subyektif:
o Mengatakan hidupnya tak berguna lagi
o Ingin mati
o Menyatakan pernah mencoba bunuh diri
o Mengancam bunuh diri
Obyektif:
o Ekspresi murung
o Tak bergairah
o Ada bekas percobaan bunuh diri
Subyektif:
o Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
o Mengatakan lebih baik mati saja
o Mengatakan sudah bosan hidup
Obyektif:
o Perubahan kebiasaan hidup
o Perubahan perangai
9
Kerusakan komunikasi verbal
Ketidakmampuan menyampaikan, menerima, mengolah pesan, dan memberikan umpan balik yang sesuai terhadap pesan yang diterima
Subyektif:
o Merasa kesal tak dimengerti
o Merasa orang lain tidak peduli
Obyektif:
o Sirkumstansial
o Tangensial
o Inkoherensia
o Blocking
o Asosiasi longgar
o Neologisme
Subyektif:
o Merasa rendah diri
o Merasa bingung
Obyektif:
o Kata-kata tak bisa dimengerti
o Orang lain merasa tak bisa menangkap maksud klien
10
Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif
Ketidakmampuan mematuhi program terapi yang telah ditentukan baik kualitas maupun kuantitasnya
Subyektif:
o Mengatakan tidak ada perubahan
o Mengatakan bosan minum obat
o Mengatakan takut keracunan
Obyektif:
o Membuang obat
o Perilaku tidak berubah
o Waktu menunggu efek obat lama
Subyektif:
o Tidak yakin obat bisa menyembuhkan
o Mempercayai Pengobatan alternatif
Obyektif:
o Ada obat yang seharusnya diminum
o Kemajuan klien kurang
MASALAH LEGAL DAN ETIS PADA LANSIA
Salah satu area utama dari tindakan legal adalah kelalaian dalam pemberian pelayanan kepada pasien lansia.
Berikut ini pelanggaran standar perawatan yang melibatkan lansia:
- Kegagalan menyesuaikan suatu rencana keperawatan untuk kebutuhan khusus lansia.
- Kegagalan untuk mengkaji dan melaksanakan asuhan keperawatan yang memadai
- Kegagalan untuk mengevaluasi kondisi pasien dan memodifikasi asuhan keperawatan untuk mencegah kerusakan dan memelihara kesehatan pasien.
- Kegagalan untuk memberikan pengobatan sesuai waktu dan cara yang tepat.
- Kegagalan mengamati dan mendeteksi polifarmasi
- Kegagalan mendokumentasikan
- Kegagalan mengikuti untuk mengikuti prosedur dan kebijakan
- Kegagalan dan mendokumentasikan pendidikan kesehatan yang sesuai.
- Kegagalan untuk memberikan perlindungan yang memadai
- Kegagalan untuk melewati tahapan perawatan yang tepat
- Kegagalan mendokumentasikan kebutuhan akan restrain
- Kegagalan memberikan perawatan kulit yang tepat.
- Kegagalan melakukian pengkajian dan pemantauan jatuh.
- Kegagalan melindungi dari luka terbakar
- Mengabaikan pasien.
Salah satu area utama dari tindakan legal adalah kelalaian dalam pemberian pelayanan kepada pasien lansia.
Berikut ini pelanggaran standar perawatan yang melibatkan lansia:
- Kegagalan menyesuaikan suatu rencana keperawatan untuk kebutuhan khusus lansia.
- Kegagalan untuk mengkaji dan melaksanakan asuhan keperawatan yang memadai
- Kegagalan untuk mengevaluasi kondisi pasien dan memodifikasi asuhan keperawatan untuk mencegah kerusakan dan memelihara kesehatan pasien.
- Kegagalan untuk memberikan pengobatan sesuai waktu dan cara yang tepat.
- Kegagalan mengamati dan mendeteksi polifarmasi
- Kegagalan mendokumentasikan
- Kegagalan mengikuti untuk mengikuti prosedur dan kebijakan
- Kegagalan dan mendokumentasikan pendidikan kesehatan yang sesuai.
- Kegagalan untuk memberikan perlindungan yang memadai
- Kegagalan untuk melewati tahapan perawatan yang tepat
- Kegagalan mendokumentasikan kebutuhan akan restrain
- Kegagalan memberikan perawatan kulit yang tepat.
- Kegagalan melakukian pengkajian dan pemantauan jatuh.
- Kegagalan melindungi dari luka terbakar
- Mengabaikan pasien.
Langganan:
Postingan (Atom)